MATERI GEOGRAFI KELAS X BAB VI B.KLASIFIKASI IKLIM, POLA IKLIM GLOBAL, DAN PENGARUH PERUBAHAN IKLIM GLOBAL TERHADAP KEHIDUPAN

#MateriGeografi - Setelah kegiatan pembelajaran 2 pada BAB 6 ini diharapkan Kalian dapat mendeskripsikan dan menganalisis pengaruh klasifikasi iklim dan pola iklim global terhadap kehidupan.

 
 
 



A. Pengertian Iklim dan Klasifikasi Iklim

Iklim adalah keadaan cuaca rata-rata dalam waktu satu tahun yang penyelidikannya dilakukan dalam waktu yang lama (minimal 30 tahun) dan memiliki wilayah yang luas. Misalnya Indonesia memiliki iklim tropis. 

 
Ragam iklim pada berbagai tempat di muka bumi ditentukan oleh beberapa gabungan proses atmosfer yang berbeda. Agar diperoleh penjelasan dan pemetaan daerah iklim, maka perlu mengidentifikasikan dan menglasifikasikan jenis iklim.


 
a. Klasifikasi Iklim Matahari  

Iklim matahari adalah iklim yang pembagiannya berdasarkan banyaknya sinar matahari yang diterima oleh permukaan bumi. Intensitas panas yang diterima oleh suatu tempat dipengaruhi oleh letak lintangnya sehingga iklim ini disebut dengan “iklim garis lintang”. 

 



Adapun pembagian daerah iklim matahari adalah sebagai berikut:

1) Iklim Tropis (0-23,5°LU dan 0-23,5°LS).

a) Matahari selalu vertikal sehingga suhu udara rata-rata tinggi (20°C- 30°C)
b) Tekanan udaranya lebih rendah dan berubah secara perlahan dan beraturan.  
c) Kejadian hujan lebih banyak daripada banyak wilayah lainnya.  


2) Iklim Subtropis (23,5– 40°LU dan 23,5– 40°LS).

a) Daerah peralihan antar iklim tropis dan iklim sedang.
b) Terdapat empat musim, yaitu musim semi, musim panas, musim gugur, dan  musim dingin.
c) Pada musim panas, suhu tidak terlalu panas dan pada musim  dingin, suhu juga tidak terlalu dingin.
d) Jika hujannya jatuh pada musim dingin disebut iklim Mediterania. Jika hujannya    jatuh pada saat musim panas, disebut iklim Tiongkok.  
e) Wilayah yang memiliki iklim subtropis antara lain meliputi sebagian besar Eropa (kecuali Skandinavia), kawasan Asia Tengah, Asia Timur dan Asia Barat sebelah utara, Amerika Serikat, selatan Amerika Selatan, Afrika Utara, selatan Afrika dan Australia.  


3) Iklim Sedang (40°– 66, 5°LU dan 40°– 66,5°LS).
a) Tekanan udara sering berubah-ubah.
b) Arah angin yang bertiup berubah-ubah tidak menentu. Kadang menimbulkan  badai yang tiba-tiba.

4) Iklim Dingin (66,5° - 90°LU dan 66, 5°-90°LS).

a) Terdapat iklim tundra, yaitu musim dingin yang berlangsung lama, sedangkan  musim berlangsung singkat, udaranya kering. Pada musim dingin, tanah selalu membeku karena tertutup oleh lapisan es dan salju sepanjang tahun. Di musim panas, terdapat banyak rawa akibat es yang mencair di permukaan tanah. Terdapat lumut-lumutan dan semak-semak. Wilayahnya meliputi Amerika Utara, pulau-pulau di utara Kanada, pantai selatan Greendland, dan Serbia bagian utara.  
b) Terdapat iklim es, yaitu terdapat salju abadi akibat suhu yang terusmenerus rendah. Wilayahnya meliputi Kutub Utara, yaitu Greenland dan

 

 
b. Klasifikasi Iklim W. Koppen
 

Seorang ahli klimatologi dari Universitas Graz Austria,  Wladimir Koppen (1918) mencoba membuat sistem penggolongan iklim dunia berdasarkan unsur-unsur cuaca, meliputi : intensitas, curah hujan, suhu, dan kelembaban

Klasifikasi iklim W.Koppen menggunakan sistem huruf.  


 

Huruf pertama dalam sistem klasifikasi iklim W.Koppen terdiri atas 5 huruf kapital yang menunjukkan karakter suhu atau curah hujan. 

Kelima jenis iklim tersebut adalah sebagai berikut.
1) Iklim A (Iklim tropis), ditandai dengan rata-rata suhu bulan  terdingin masih lebih dari 18°C. Adapun rata-rata kelembaban udara senantiasa tinggi.
2) Iklim B (Iklim arid atau kering), ditandai dengan rata-rata  proses penguapan air selalu tinggi dibandingkan dengan curah  hujan yang jatuh, sehingga tidak ada kelebihan air tanah dan tidak ada sungai yang mengalir secara permanen.
3) Iklim C (Iklim sedang hangat atau mesothermal), ditandai dengan rata-rata suhu bulan terdingin adalah di atas -3°C, namun kurang dari 18°C. Minimal ada satu bulan yang melebihi rata-rata suhu di atas 10°C. Iklim C ditandai dengan adanya empat musim (spring, summer, autumn, dan winter).
4) Iklim D (Iklim salju atau mikrothermal), ditandai dengan rata-rata suhu bulan terdingin adalah kurang dari –3°C.  
5) Iklim E (Iklim es atau salju abadi), ditandai dengan rata-rata suhu bulan terpanas kurang dari 10°C. Di kawasan iklim E tidak terdapat musim panas yang jelas.
 
Huruf kedua menunjukkan tingkat kelembaban, tingkat kekeringan, atau kebekuan wilayah. 

Untuk tipe iklim A, C, dan D huruf keduanya antara lain:
1) huruf f menunjukkan lembap, ditandai dengan curah hujan  cukup setiap bulan dan tidak terdapat musim kering;
2) huruf w menandai periode musim kering jatuh pada musim  dingin (winter);
3) huruf s menandai periode musim kering jatuh pada musim  panas (summer);
4) huruf m menunjukkan muson, ditandai dengan adanya musim  kering yang jelas walaupun periodenya pendek.
 
Khusus untuk tipe iklim B, huruf keduanya adalah:
1) huruf s (steppa atau semi arid), ditandai dengan rata-rata curah hujan tahunan berkisar antara 380 mm - 760 mm, dan
2) huruf w (gurun atau arid), ditandai dengan rata-rata curah hujan tahunan kurang dari 250 mm.

Khusus untuk tipe iklim E, huruf keduanya adalah:
1) huruf t artinya tundra;
2) huruf f artinya salju abadi (senantiasa tertutup es); 3) huruf h artinya iklim salju pegunungan tinggi.
 
Kombinasi dari kedua kelompok huruf dalam sistem penggolongan iklim Koppen adalah sebagai berikut:
1) Af artinya iklim hutan hujan tropis.
2) Aw artinya iklim savana tropis.
3) Am artinya pertengahan antara iklim hutan hujan tropis dan savana.
4) BS artinya iklim steppa.
5) BW artinya iklim gurun.
6) Cw artinya iklim mesothermal lembap (iklim hujan sedang) dengan winter yang kering.
7) Cs artinya iklim mesothermal lembap (iklim hujan sedang) dengan summer yang kering.
8) Cf artinya iklim mesothermal lembap (iklim hujan sedang) dan lembap sepanjang tahun.
9) Df artinya iklim mikrothermal lembap (iklim hutan salju dingin) dan lembap sepanjang tahun.
10) Dw artinya iklim mikrothermal lembap (iklim hutan salju dingin) dengan winter yang kering.
11) ET artinya iklim tundra.
12) EF artinya iklim kutub (senantiasa beku). 13) EH artinya iklim salju pegunungan tinggi.
 
Menurut Koppen di Indonesia terdapat tipe-tipe iklim Af, Aw, Am, C, dan D. 

Af dan Am terdapat di daerah Indonesia bagian barat, tengah, dan utara, seperti Jawa Barat, Sumatera, Kalimantan dan Sulawesi Utara. 

Aw terdapat di Indonesia yang letaknya dekat dengan benua Australia seperti daerah-daerah di Nusa Tenggara, Kepulauan Aru, dan Irian Jaya pantai selatan. 

C terdapat di hutan- hutan daerah pegunungan. 

D terdapat di pegunungan salju Jayawijaya Papua.
 
c. Klasifikasi Iklim Fisis

Iklim fisis adalah klasifikasi iklim yang pembagiannya berdasarkan  kondisi sebenarnya suatu daerah sebagai hasil pengaruh keadaan alam dan lingkungan sekitarnya. 

 



Faktor yang berpengaruh antara lain daratan yang luas, lautan, angin, arus laut, vegetasi, dan topografi. Iklim ini dapat dibedakan menjadi:

 

1) Iklim Laut  
Iklim laut terletak di daerah yang dikelilingi oleh lautan. Ciri-cirinya antara lain penguapan tinggi, udara selalu lembap, langitnya tertutup awan, perbedaan suhu antara siang dan malam hari rendah, serta memiliki curah hujan yang rendah, serta memililki curah hujan yang tinggi.  
 
2) Iklim Darat
Iklim darat adalah iklim yang tidak dipengaruhi oleh angin laut karena letaknya di tengah-tengah benua. Ciri-cirinya antara lain kelembaban udara rendah, perbedaan suhu antara siang dan malam hari sangat mencolok sehingga memungkinkan adanya padang rumput.
 
3) Iklim Gunung
Iklim gunung adalah iklim yang terdapat di dataran tinggi. Ciri-cirinya antara lain terdapat di daerah yang beriklim sedang, hujan banyak terjadi di lereng yang menghadap angin dan kadang banyak turun salju.  
 
4) Iklim Musim
Iklim musim adalah iklim yang terdapat di daerah yang dilalui oleh angin musim sehingga musim berganti setiap setengah tahun. Ciri-cirinya antara lain setengah tahun angin laut basah yang menimbulkan hujan dan setengah tahun bertiup angin darat yang kering sehingga menimbulkan musim kemarau.

 
d.  Iklim Menurut Schmidt-Ferguson

Klasifikasi iklim menurut Schmidt-Fergusson adalah klasifikasi iklim yang banyak digunakan dalam bidang perkebunan dan pertanian. 

Klasifikasi iklim ini dibuat berdasarkan kondisi iklim di daerah tropis. Dasarnya adalah jumlah curah hujan yang jatuh setiap bulan dan tingkat kebasahan yang disebut gradien (Q). 

Gradien Q adalah persentase nilai perbandingan antara jumlah rata-rata bulan kering dan jumlah rata-rata bulan basah.


Untuk menentukan bulan  basah dan bulan kering dengan menggunakan metode Mohr. Menurut  Mohr suatu bulan dikatakan:
a) bulan kering, yaitu bulan-bulan yang curah hujannya kurang dari 60 mm;
b) bulan basah, yaitu bulan-bulan yang curah hujannya lebih dari 100 mm;
c) bulan lembap, yaitu bulan-bulan yang curah hujannya antara   60–100 mm.

Penentuan iklim Schmidt-Fergusson dapat ditentukan dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut. 


 

 
Makin besar nilai Q, berarti iklimnya semakin kering dan semakin kecil nilai Q, iklim semakin basah.  

Ketentuan dari sistem klasifikasi iklim Schmidt-Ferguson adalah sebagai berikut.
  

 


 
 
e. Klasifikasi Iklim Junghuhn
 

Seperti halnya Schmidt dan Ferguson, untuk keperluan pola pembudidayaan tanaman perkebunan, seperti tanaman teh, kopi, dan kina, seorang ahli Botani dari Belanda bernama Junghuhn membuat penggolongan iklim khususnya di negara Indonesia terutama di Pulau Jawa berdasarkan pada garis ketinggian. 

 



Indikasi tipe iklim  adalah jenis tumbuhan yang cocok hidup pada suatu kawasan pada ketinggian dan suhu tertentu. 

Jadi dasar klasifikasi  iklim Junghuhn ialah, ketinggian tempat, suhu udara, dan vegetasi yang tumbuh di tempat itu. 

 
Junghuhn membagi lima wilayah iklim berdasarkan ketinggian tempat di atas permukaan laut sebagai berikut ini.

 

1) Zone Iklim Panas, antara ketinggian 0–600 meter di atas permukaan laut, dengan suhu rata-rata tahunan di atas 22°C. Daerah ini sangat cocok untuk ditanami padi, jagung, tebu, dan kelapa.
2) Zone Iklim Sedang, antara ketinggian 600–1.500 meter di atas permukaan laut, dengan suhu rata-rata tahunan antara 15°C–22°C. Daerah ini sangat cocok untuk ditanami komoditas perkebunan teh, karet, kopi, dan kina.
3) Zone Iklim Sejuk, antara ketinggian 1.500–2.500 meter di atas permukaan laut, dengan suhu rata-rata tahunan antara 11°C–15°C. Daerah ini sangat cocok untuk ditanami komoditas hortikultur seperti sayuran, bunga-bungaan, dan beberapa jenis buah-buahan.  
4) Zone Iklim Dingin, antara ketinggian 2.500–4.000 meter di atas permukaan laut, dengan suhu rata-rata tahunan kurang dari 11°C. Tumbuhan yang masih mampu bertahan adalah lumut dan beberapa jenis rumput.
5) Zone Iklim Salju Tropis, pada ketinggian lebih dari 4.000 meter di atas permukaan laut.

 
B. Perubahan Iklim Global

Perubahan iklim di dunia terus terjadi, baik menurut ruang maupun waktu. Perubahan iklim ini dapat dibedakan berdasarkan wilayahnya (ruang), yaitu perubahan iklim secara lokal dan global. 

Berdasarkan waktu, iklim dapat berubah dalam bentuk siklus, baik secara harian, musiman, tahunan, maupun puluhan tahun. 

 
Perubahan iklim adalah suatu perubahan unsur-unsur iklim yang memiliki kecenderungan naik atau turun secara nyata.

 
a. Faktor Penyebab Perubahan Iklim Global
 
Perubahan iklim secara global disebabkan oleh meningkatnya konsentrasi gas di atmosfer. Hal ini terjadi sejak revolusi industri yang membangun sumber energi yang berasal dari batu bara, minyak bumi dan gas, yang membuang limbah gas di atmosfer, seperti Karbondioksida (CO2), Metana (CH4), dan Nitrou oksida (NO).  

 
Matahari yang menyinari bumi juga menghasilkan radiasi panas yang ditangkap oleh atmosfer sehingga udara bersuhu nyaman bagi kehidupan manusia. Jika kemudian atmosfer bumi dijejali gas, terjadilah efek selimut seperti yang terjadi pada rumah kaca, yakni radiasi panas bumi yang lepas ke udara ditahan oleh selimut gas sehingga suhu mengalami kenaikan dan menjadi panas. Semakin banyak gas dilepas ke udara, semakin tebal selimut bumi,  semakin panas pula suhu bumi.
Aktivitas manusia dapat memengaruhi terjadinya gangguan dan perubahan iklim secara global, antara lain sebagai berikut.
 
1) Efek Rumah Kaca (Green House Effect)

 Secara umum, bumi memiliki fungsi memantulkan cahaya matahari dalam bentuk sinar inframerah ke atmosfer. Kemudian sinar inframerah tersebut akan diserap (absorpsi) kembali oleh gas-gas atau zat-zat yang ada di atmosfer, sehingga keadaan bumi menjadi tetap hangat atau panas walaupun pada saat malam hari. 

 

 Gas atau zat-zat yang berfungsi menyerap dan menahan pantulan  sinar inframerah dari bumi disebut gas-gas rumah kaca (green house glasses) karena seolah-olah gas-gas itu berfungsi sebagai kaca pada suatu rumah kaca. Tertahannya sinar inframerah oleh gas-gas rumah kaca, mengakibatkan terjadinya kenaikan suhu udara di muka bumi yang disebut efek rumah kaca (green house effect). Naiknya suhu udara di bumi secara menyeluruh disebut pemanasan global (global warming). 

Akibat dari banyaknya CO, CFC, dan gasgas rumah kaca lainnya yang dilepaskan ke atmosfer, maka suhu udara di bumi akan semakin cepat meningkat yang pada akhirnya akan mengakibatkan gangguan dan perubahan iklim secara global. Hal ini ditandai dengan meningkatnya pencairan es atau salju di kedua kutub bumi dan naiknya permukaan air laut secara keseluruhan sehingga memungkinkan tergenangnya kota-kota di sepanjang pantai.

 



 
 
 
2) Penipisan Lapisan Ozon  (Ozon Deplation)

Lapisan ozon adalah lapisan tipis yang banyak mengandung gas ozon (O) yang terdapat pada bagian stratosfer yang berfungsi antara lain menyerap (absorption) dan memantulkan (reflection) radiasi sinar ultraviolet (UV) dari matahari sehingga sinar yang sampai ke permukaan bumi tidak berlebihan.

Meningkatnya aktivitas manusia di berbagai negara mengakibatkan keberadaan lapisan ozon tersebut menjadi semakin menipis. Di beberapa lokasi terutama kutub utara dan selatan bumi dalam keadaan berlubang. 

Aktivitas manusia yang berperan dalam penipisan lapisan ozon,  antara lain aktivitas manusia dalam bidang industri. Industri banyak mengemisikan CFC dari limbah pabrik berupa gas dari pabrik, refrigrator,  AC (Air Conditioner), dan aerosol.


Akibat dari menipisnya lapisan ozon pada atmosfer bumi, membawa konsekuensi, sebagai berikut.

a) Perubahan iklim global, hal ini disebabkan sinar matahari yang  mengarah ke bumi biasanya sebagian besar dipantulkan kembali ke jagat raya dan sebagian diserap oleh atmosfer bumi serta sebagian kecil lainnya sampai ke permukaan bumi. Akibat dari menipisnya lapisan ozon yang merupakan bagian dari atmosfer bumi, sinar matahari dapat secara langsung sampai ke permukaan bumi tanpa melalui adanya proses pemantulan (refleksi) dan penyerapan (absorpsi). 

Akibatnya, suhu udara di bumi akan lebih cepat panas dan pada akhirnya akan mengakibatkan terjadinya perubahan iklim di bumi secara global.  

b) Bahaya terhadap kelangsungan makhluk hidup di bumi, hal ini disebabkan radiasi sinar matahari terutama ultraviolet yang sampai ke permukaan bumi dapat mencapai jumlah yang sangat berlebihan. Hal ini dapat menimbulkan berbagai akibat, seperti timbulnya penyakit kanker kulit, katarak, proses penuaan kulit menjadi lebih cepat, dan menurunnya sistem kekebalan tubuh. 

Radiasi ultraviolet juga mengakibatkan terganggunya fotosintesis pada tumbuhan di darat maupun di laut sehingga rantai makanan menjadi terganggu dan mengalami ketidakseimbangan.

 
3) Dampak Perubahan Iklim Global
Dampak perubahan iklim secara global, antara lain sebagai berikut:
a) Mencairnya bongkahan es di kutub sehingga permukaan laut naik.
b) Air laut naik dapat menenggelamkan pulau dan menghalangi mengalirnya air sungai ke laut dan pada akhirnya menimbulkan banjir didataran rendah.  
c) Suhu bumi yang panas menyebabkan mengeringnya air permukaan sehingga air menjadi langka.
d) Meningkatnya risiko kebakaran hutan.
e) Mengakibatkan El Nino dan La Nina.
f) Terjadinya perubahan pada cuaca dan iklim.

 

 


El Nino dan La Nina merupakan gejala yang menunjukkan perubahan iklim. El Nino adalah peristiwa memanasnya suhu per mukaan air permukaan laut di pantai barat Peru–Ekuador (Amerika Selatan) yang mengakibatkan gangguan iklim secara global. Biasanya, suhu air permukaan laut di daerah tersebut dingin karena adanya arus dari dasar laut menuju permukaan (upwelling). 

Menurut bahasa setempat El Nino berarti bayi laki-laki karena munculnya di sekitar hari Natal (akhir Desember). 

 
Sejak 1980, telah terjadi lima kali El Nino di Indonesia, yaitu pada 1982, 1991, 1994, dan 1997/98. El Nino tahun 1997/98 menyebabkan kemarau panjang, kekeringan luar biasa, terjadi kebakaran hutan yang hebat di berbagai pulau, dan produksi bahan pangan turun dratis, yang kemudian disusul krisis ekonomi.
 

El Nino juga menyebabkan kekeringan luar biasa di berbagai benua, terutama di Afrika sehingga terjadi kelaparan di Ethiopia dan negara-negara Afrika Timur lainnya.  

Sebaliknya, bagi negara-negara di Amerika Selatan munculnya El Nino menyebabkan banjir besar dan turunnya produksi ikan karena melemahnya upwelling (Pembalikan massa air adalah sebuah fenomena di mana air laut yang lebih dingin dan bermassa jenis lebih besar bergerak dari dasar laut ke permukaan akibat pergerakan angin di atasnya).  

La Nina merupakan kebalikan dari El Nino. La  Nina menurut bahasa penduduk lokal berarti bayi perempuan. Peristiwa  itu dimulai ketika El Nino mulai melemah, dan air laut yang panas di pantai Peru - Ekuador kembali bergerak ke arah barat, air laut di tempat itu suhunya kembali seperti semula (dingin), dan upwelling muncul kembali, atau kondisi cuaca menjadi normal kembali. 

Dengan kata lain, La Nina adalah kondisi cuaca yang normal kembali setelah terjadinya gejala El Nino. 

 
Perjalanan air laut yang panas ke arah barat tersebut akhirnya akan sampai ke wilayah Indonesia. Akibatnya, wilayah Indonesia akan berubah menjadi daerah bertekanan rendah (minimum) dan semua angin di sekitar Pasifik Selatan dan Samudra Hindia akan bergerak menuju Indonesia. 

Angin tersebut banyak membawa uap air sehingga sering terjadi hujan lebat. 

 
Penduduk Indonesia waspada jika terjadi La Nina karena mungkin bisa menyebabkan banjir. 

Rangkuman
Iklim adalah keadaan rata-rata cuaca dalam waktu yang lama minimal 30 tahun dan daerah yang luas .
Iklim perlu diklasifikasikan untuk memudahkan penjelasan dan pemetaan. Klasifikasi iklim itu antara lain:
1) Klasifikasi Iklim Matahari.
2) Klasifikasi Iklim Koppen.
3) Klasifikasi Iklim Fisis.
4) Iklim Menurut Schmidt-Ferguson.
5) Klasifikasi Iklim Junghuhn.
Perubahan Iklim Global
Perubahan iklim di dunia terus terjadi, baik menurut ruang maupun waktu.
Faktor Penyebab Perubahan Iklim Global :
a) Efek Rumah Kaca (Green House Effect).
b) Penipisan Lapisan Ozon (Ozon Deplation).
Akibat dari menipisnya lapisan ozon pada atmosfer bumi, membawa konsekuensi, sebagai berikut :
1) Perubahan iklim global.
2) Bahaya terhadap kelangsungan makhluk hidup di bumi.
Perubahan iklim global berdampak besar terhadap kehidupan manusia dan makluk hidup lainnya. Misal mencainya es di kutub, naiknya permukaan air laut, kekeringan, El Nino dan La Nina.

Penilaian Harian
1. Jelaskan karakteristik Iklim Sejuk menurut klasifikasi Junghuhn!
2. Jelaskan pengaruh menipisnya lapisan ozon bagi kehidupan.
3. Salah satu wilayah memiliki suhu rata-rata tinggi sepanjang tahun, terletak pada lintang 6⁰LU-11
LS, dan banyak mendapatkan sinar matahari. Iklim di wilayah sesuai ciri-ciri tersebut adalah….
A. Iklim kutub
B. Iklim dingin
C. Iklim sedang
D. Iklim subtropik
E. Iklim tropik
 

4. Lapisan atmosfer pada angka 3 seperti gambar disebut …. dan berfungsi untuk …

 




A. Troposfer, terjadi gejala cuaca yang membawa hujan
B. Stratosfer, menyaring sinar ultraviolet dari luar angkasa
C. Ionosfer, membakar meteor dari angkasa
D. Mesosfer, melindungi bumi dari benda luar angkasa
E. Termosfer, membakar benda angkasa yang jatuh ke bumi
 

5. Pembagian iklim Junghuhn di dasarkan pada …
A. kondisi sebenarnya suatu daerah sebagai hasil pengaruh keadaan alam dan lingkungan sekitarnya.
B. banyaknya sinar matahari yang diterima oleh permukaan bumi.
C. ketinggian tempat, suhu udara, dan vegetasi yang tumbuh di tempat itu.
D. jumlah curah hujan yang jatuh setiap bulan dan tingkat kebasahan.
E. unsur-unsur cuaca, meliputi intensitas, curah hujan, suhu, dan kelembaban.